“Sekolah pelayaran di bawah naungan Kemenhub cukup banyak, dan semua kami perlakukan sama dalam program pengembangannya,” ujarnya.
Dia mengatakan, idealnya seleksi penerimaan taruna atau calon pelaut pada lembaga pendidikan pelaut di bawah naungan Kemenhub seharusnya lebih selektif dan menghindari titipan-titipan dari pejabat terkait terhadap calon taruna di lembaga itu.
Bobby menyampaikan hal itu dalam diskusi interaktif dalam rangka Dies Natalis Ke 54-Sekolah Tinggi ILmu Pelayaran (STIP) 2011, hari ini.
Menurut data Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, hingga saat ini telah dikeluarkan 35.267 sertifikat kompetensi ANT (Ahli Nautika Tingkat I s/d III) dan sertifikat kompetensi ATT (Ahli Teknika Tingkat I s/d III).
Serifikat kompetensi Pelaut untuk ANT-I sebanyak 1.726 sertifikat, 3.602 sertifikat ANT-II, dan 13.764 sertifikat ANT-III. Adapun sertifikat kompetensi yang sudah dikeluarkan untuk class enginer (Engine Department) untuk Ahli Teknika Tingkat (ATT)-I sebanyak 957 sertifikat, 3.022 sertifikat ATT-II, 12.196 serifikat ATT-III.
Bobby mengatakan, dari sekitar 1,1 juta kebutuhan pelaut di dunia, saat ini Indonesia memasok 83.000 pelaut atau berada pada urutan tiga besar pemasok kebutuhan pelaut dunia, setelah China yang memasok 503.782 pelaut dan Filipina 244.792 pelaut.
Adapun Turki memasok 80.000 pelaut, Rusia 47.688 pelaut, India 43.000 pelaut, Ukraina 38.000 pelaut, dan Jepang 31.013 pelaut. (Roberto Purba)
M. Tahir Saleh/Roni Yunianto
MAKASSAR: Kebutuhan perwira kapal untuk pelayaran di dalam negeri secara
nasional diperkirakan mencapai 14.000 orang per tahun sebagai prasyarat
memacu industri pelayaran Indonesia.
Sekretaris DPC Indonesian Shipowners Association (INSA) Makassar Hamka
mengatakan persoalan keterbatasan sumber daya manusia pelayaran itu
hingga saat ini belum mampu dipenuhi oleh akademi atau sekolah yang ada.
Untuk Makassar sendiri, dia memperkirakan kebutuhan pelaut mencapai
1.500 orang per tahun agar dapat menopang aktifitas pelayaran dengan
jumlah kapal yang cukup banyak.
Menurut Hamka, keterbatasan adanya SDM tersebut juga menjadi celah dan
kelemahan bagi pelaku industri pelayaran sendiri karena terancam
dikenakan biaya—biaya tambahan dan tidak terduga yang diterapkan oleh
pihak—pihak berkepentingan.
“Pelaut kita kurang, minimal nasional itu butuh 14.000 orang per tahun.
Di kita, kalau tidak mualimnya bolong, ya masinisnya bolong. Ini jadi
alasan untuk biaya –biaya tak terduga,” katanya Selasa (12/6).
Kementerian Perhubungan sebelumnya mencatat industri transportasi laut
Indonesia kekurangan pelaut tingkat perwira sebanyak 18.000 orang dan
tingkat rating 25.000 orang.
Data terakhir menunjukan Indonesia memiliki pelaut sebanyak 340.000
orang terdiri dari 78.000 orang bekerja di luar negeri, dan sisanya
262.000 orang bekerja di dalam negeri dengan berbagai jenis dan tipe
kapal.
Dari 78.000 orang yang bekerja di luar negeri, sebanyak 62.000 orang
sudah bersertifikat rating, dan 16.000 orang bersertifikat perwira.
Adapun di dunia, kini kekurangan pelaut kurang lebih 89.600 orang
sehingga perlu adanya program pendidikan yang dapat menghasilkan pelaut
tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas.
Ketua DPC INSA Makassar Zulkifli Syahril menambahkan pemenuhan kebutuhan
pelaut itu dirasa tepat mengingat industri pelayaran tumbuh pesat
tetapi tidak dibarengi dengan ketersedian sumber daya manusia.
Saat ini Kementerian Perhubungan juga dalam proses membidik tiga
Kapupaten/Kota sebagai lokasi pendirian Balai Pendidikan dan Pelatihan
Ilmu Pelayaran (BP2IP) setelah dua wilayah rampung yakni Kabupaten
Minahasa Selatan dan Padang Pariaman.
Ketiganya adalah di wilayah Provinsi Riau, Kalimantan Timur, dan Nusa
Tenggara Barat dan diharapkan tahun ini bisa terealisasi guna
menyediakan kebutuhan sumber daya manusia pelaut yang dinilai terbatas.
Pada pertengahan tahun lalu saja, BP2IP Barombong baru mewisuda 335
siswa dari berbagai program pendidikan dan pelatihan serta melepas 111
taruna yang akan menjalani praktek layar (Prala). Lulusan jurusan
nautik lembaga tersebut memperoleh sertifikat Ahli Nautik Tingkat (ANT)
IV dan jurusan teknik untuk sertifikat Ahli Teknik Tingkat (ATT)
IV.(JIBI/iz - See more at:
http://www.kabar24.com/nasional/read/20120612/9/44152/kebutuhan-pelaut-14-000-orang-per-tahun#sthash.5u1TGHjA.dpuf
M. Tahir Saleh/Roni Yunianto
MAKASSAR: Kebutuhan perwira kapal untuk pelayaran di dalam negeri secara
nasional diperkirakan mencapai 14.000 orang per tahun sebagai prasyarat
memacu industri pelayaran Indonesia.
Sekretaris DPC Indonesian Shipowners Association (INSA) Makassar Hamka
mengatakan persoalan keterbatasan sumber daya manusia pelayaran itu
hingga saat ini belum mampu dipenuhi oleh akademi atau sekolah yang ada.
Untuk Makassar sendiri, dia memperkirakan kebutuhan pelaut mencapai
1.500 orang per tahun agar dapat menopang aktifitas pelayaran dengan
jumlah kapal yang cukup banyak.
Menurut Hamka, keterbatasan adanya SDM tersebut juga menjadi celah dan
kelemahan bagi pelaku industri pelayaran sendiri karena terancam
dikenakan biaya—biaya tambahan dan tidak terduga yang diterapkan oleh
pihak—pihak berkepentingan.
“Pelaut kita kurang, minimal nasional itu butuh 14.000 orang per tahun.
Di kita, kalau tidak mualimnya bolong, ya masinisnya bolong. Ini jadi
alasan untuk biaya –biaya tak terduga,” katanya Selasa (12/6).
Kementerian Perhubungan sebelumnya mencatat industri transportasi laut
Indonesia kekurangan pelaut tingkat perwira sebanyak 18.000 orang dan
tingkat rating 25.000 orang.
Data terakhir menunjukan Indonesia memiliki pelaut sebanyak 340.000
orang terdiri dari 78.000 orang bekerja di luar negeri, dan sisanya
262.000 orang bekerja di dalam negeri dengan berbagai jenis dan tipe
kapal.
Dari 78.000 orang yang bekerja di luar negeri, sebanyak 62.000 orang
sudah bersertifikat rating, dan 16.000 orang bersertifikat perwira.
Adapun di dunia, kini kekurangan pelaut kurang lebih 89.600 orang
sehingga perlu adanya program pendidikan yang dapat menghasilkan pelaut
tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas.
Ketua DPC INSA Makassar Zulkifli Syahril menambahkan pemenuhan kebutuhan
pelaut itu dirasa tepat mengingat industri pelayaran tumbuh pesat
tetapi tidak dibarengi dengan ketersedian sumber daya manusia.
Saat ini Kementerian Perhubungan juga dalam proses membidik tiga
Kapupaten/Kota sebagai lokasi pendirian Balai Pendidikan dan Pelatihan
Ilmu Pelayaran (BP2IP) setelah dua wilayah rampung yakni Kabupaten
Minahasa Selatan dan Padang Pariaman.
Ketiganya adalah di wilayah Provinsi Riau, Kalimantan Timur, dan Nusa
Tenggara Barat dan diharapkan tahun ini bisa terealisasi guna
menyediakan kebutuhan sumber daya manusia pelaut yang dinilai terbatas.
Pada pertengahan tahun lalu saja, BP2IP Barombong baru mewisuda 335
siswa dari berbagai program pendidikan dan pelatihan serta melepas 111
taruna yang akan menjalani praktek layar (Prala). Lulusan jurusan
nautik lembaga tersebut memperoleh sertifikat Ahli Nautik Tingkat (ANT)
IV dan jurusan teknik untuk sertifikat Ahli Teknik Tingkat (ATT)
IV.(JIBI/iz - See more at:
http://www.kabar24.com/nasional/read/20120612/9/44152/kebutuhan-pelaut-14-000-orang-per-tahun#sthash.5u1TGHjA.dpuf
M. Tahir Saleh/Roni Yunianto
MAKASSAR: Kebutuhan perwira kapal untuk pelayaran di dalam negeri secara
nasional diperkirakan mencapai 14.000 orang per tahun sebagai prasyarat
memacu industri pelayaran Indonesia.
Sekretaris DPC Indonesian Shipowners Association (INSA) Makassar Hamka
mengatakan persoalan keterbatasan sumber daya manusia pelayaran itu
hingga saat ini belum mampu dipenuhi oleh akademi atau sekolah yang ada.
Untuk Makassar sendiri, dia memperkirakan kebutuhan pelaut mencapai
1.500 orang per tahun agar dapat menopang aktifitas pelayaran dengan
jumlah kapal yang cukup banyak.
Menurut Hamka, keterbatasan adanya SDM tersebut juga menjadi celah dan
kelemahan bagi pelaku industri pelayaran sendiri karena terancam
dikenakan biaya—biaya tambahan dan tidak terduga yang diterapkan oleh
pihak—pihak berkepentingan.
“Pelaut kita kurang, minimal nasional itu butuh 14.000 orang per tahun.
Di kita, kalau tidak mualimnya bolong, ya masinisnya bolong. Ini jadi
alasan untuk biaya –biaya tak terduga,” katanya Selasa (12/6).
Kementerian Perhubungan sebelumnya mencatat industri transportasi laut
Indonesia kekurangan pelaut tingkat perwira sebanyak 18.000 orang dan
tingkat rating 25.000 orang.
Data terakhir menunjukan Indonesia memiliki pelaut sebanyak 340.000
orang terdiri dari 78.000 orang bekerja di luar negeri, dan sisanya
262.000 orang bekerja di dalam negeri dengan berbagai jenis dan tipe
kapal.
Dari 78.000 orang yang bekerja di luar negeri, sebanyak 62.000 orang
sudah bersertifikat rating, dan 16.000 orang bersertifikat perwira.
Adapun di dunia, kini kekurangan pelaut kurang lebih 89.600 orang
sehingga perlu adanya program pendidikan yang dapat menghasilkan pelaut
tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas.
Ketua DPC INSA Makassar Zulkifli Syahril menambahkan pemenuhan kebutuhan
pelaut itu dirasa tepat mengingat industri pelayaran tumbuh pesat
tetapi tidak dibarengi dengan ketersedian sumber daya manusia.
Saat ini Kementerian Perhubungan juga dalam proses membidik tiga
Kapupaten/Kota sebagai lokasi pendirian Balai Pendidikan dan Pelatihan
Ilmu Pelayaran (BP2IP) setelah dua wilayah rampung yakni Kabupaten
Minahasa Selatan dan Padang Pariaman.
Ketiganya adalah di wilayah Provinsi Riau, Kalimantan Timur, dan Nusa
Tenggara Barat dan diharapkan tahun ini bisa terealisasi guna
menyediakan kebutuhan sumber daya manusia pelaut yang dinilai terbatas.
Pada pertengahan tahun lalu saja, BP2IP Barombong baru mewisuda 335
siswa dari berbagai program pendidikan dan pelatihan serta melepas 111
taruna yang akan menjalani praktek layar (Prala). Lulusan jurusan
nautik lembaga tersebut memperoleh sertifikat Ahli Nautik Tingkat (ANT)
IV dan jurusan teknik untuk sertifikat Ahli Teknik Tingkat (ATT)
IV.(JIBI/iz - See more at:
http://www.kabar24.com/nasional/read/20120612/9/44152/kebutuhan-pelaut-14-000-orang-per-tahun#sthash.5u1TGHjA.dpuf
M. Tahir Saleh/Roni Yunianto
MAKASSAR: Kebutuhan perwira kapal untuk pelayaran di dalam negeri secara
nasional diperkirakan mencapai 14.000 orang per tahun sebagai prasyarat
memacu industri pelayaran Indonesia.
Sekretaris DPC Indonesian Shipowners Association (INSA) Makassar Hamka
mengatakan persoalan keterbatasan sumber daya manusia pelayaran itu
hingga saat ini belum mampu dipenuhi oleh akademi atau sekolah yang ada.
Untuk Makassar sendiri, dia memperkirakan kebutuhan pelaut mencapai
1.500 orang per tahun agar dapat menopang aktifitas pelayaran dengan
jumlah kapal yang cukup banyak.
Menurut Hamka, keterbatasan adanya SDM tersebut juga menjadi celah dan
kelemahan bagi pelaku industri pelayaran sendiri karena terancam
dikenakan biaya—biaya tambahan dan tidak terduga yang diterapkan oleh
pihak—pihak berkepentingan.
“Pelaut kita kurang, minimal nasional itu butuh 14.000 orang per tahun.
Di kita, kalau tidak mualimnya bolong, ya masinisnya bolong. Ini jadi
alasan untuk biaya –biaya tak terduga,” katanya Selasa (12/6).
Kementerian Perhubungan sebelumnya mencatat industri transportasi laut
Indonesia kekurangan pelaut tingkat perwira sebanyak 18.000 orang dan
tingkat rating 25.000 orang.
Data terakhir menunjukan Indonesia memiliki pelaut sebanyak 340.000
orang terdiri dari 78.000 orang bekerja di luar negeri, dan sisanya
262.000 orang bekerja di dalam negeri dengan berbagai jenis dan tipe
kapal.
Dari 78.000 orang yang bekerja di luar negeri, sebanyak 62.000 orang
sudah bersertifikat rating, dan 16.000 orang bersertifikat perwira.
Adapun di dunia, kini kekurangan pelaut kurang lebih 89.600 orang
sehingga perlu adanya program pendidikan yang dapat menghasilkan pelaut
tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas.
Ketua DPC INSA Makassar Zulkifli Syahril menambahkan pemenuhan kebutuhan
pelaut itu dirasa tepat mengingat industri pelayaran tumbuh pesat
tetapi tidak dibarengi dengan ketersedian sumber daya manusia.
Saat ini Kementerian Perhubungan juga dalam proses membidik tiga
Kapupaten/Kota sebagai lokasi pendirian Balai Pendidikan dan Pelatihan
Ilmu Pelayaran (BP2IP) setelah dua wilayah rampung yakni Kabupaten
Minahasa Selatan dan Padang Pariaman.
Ketiganya adalah di wilayah Provinsi Riau, Kalimantan Timur, dan Nusa
Tenggara Barat dan diharapkan tahun ini bisa terealisasi guna
menyediakan kebutuhan sumber daya manusia pelaut yang dinilai terbatas.
Pada pertengahan tahun lalu saja, BP2IP Barombong baru mewisuda 335
siswa dari berbagai program pendidikan dan pelatihan serta melepas 111
taruna yang akan menjalani praktek layar (Prala). Lulusan jurusan
nautik lembaga tersebut memperoleh sertifikat Ahli Nautik Tingkat (ANT)
IV dan jurusan teknik untuk sertifikat Ahli Teknik Tingkat (ATT)
IV.(JIBI/iz - See more at:
http://www.kabar24.com/nasional/read/20120612/9/44152/kebutuhan-pelaut-14-000-orang-per-tahun#sthash.5u1TGHjA.dpuf
No comments:
Post a Comment